Napak
Tilas Perjalanan Sejarah Tasikmalaya
MONUMEN
GEGER HANJUANG PELETAK DASAR PENENTUAN
HARI
JADI TASIKMALAYA
Tasikmalaya,
Media Kota
Peringatan Hari Jadi Tasikmalaya yang dilaksanakan
secara rutin setiap tanggal 21 Agustus, mempunyai nilai historis bagi
Pemerintahan dan Masyarakat Tasikmalaya untuk mengungkapkan kembali latar
belakang terbentuknya suatu wilayah yang diberi nama TASIKMALAYA. Prasasti
Geger hanjuang yang merupakan peletak dasar penentuan Hari Jadi Tasikmalaya
memiliki spirit psikologis untuk menghargai dan mewarisi semangat hidup dan
semangat juang para leluhur yang saat ini dan kedepan, diharapkan akan tumbuh
dan berkembang menjadi asset Budaya dan Asset Ilmiah yang harus digali dan
dikembangkan, “Saya yakin didalam
rangkaian benda-benda bersejarah, di dalamnya tersimpan mutiara hikmah yang
bisa kita jadikan bekal untuk senantiasa bergerak dan bertindak dalam kehidupan
bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara “ Harap Bupati Tasikmalaya
H. Uu Rudzanul Ulum dalam Napak Tilas
Perjalanan Sejarah Tasikmalaya di lokasi Monumen Geger Hanjuang, minggu
(21/8/2016)
Sejarah lahirnya Tasikmalaya, ditandai dengan
dibangunnya monumen atau prasasti Geger Hanjuang yang menandai berdirinya
Kerajaan Galunggung 21 Agustus 1111 dan diresmikan tanggal 25 Januari 1986 oleh
Bupati H. Hudli Bambang Aruman ini
dijadikan peletak dasar penentuan Hari Jadi Tasikmalaya. Terletak di Desa
Lingga mulya Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya. Monumen/Prasasti ini
merupakan Prasasti ke-10 yang ditemukan di Jawa Barat. Ia ditemukan oleh K.F. Holle (tahun 1877) kemudian dibawa
dan disimpan oleh Dr. Krom pada tahun
1914. Prasasti tersebut sampai kini masih terpelihara dan disimpan di Musium
Pusat Jakarta dengan nomor inventaris D.26
Menurut Bupati, napak tilas ini harus dimaknai sebagai
jiarah hati dan intelektualtas yang memiliki makna yang syarat dengan arti dan
harus menjadikan spirit psikologis kepribadian sebagai anak bangsa. Hal
tersebut sesuai dengan Amanat leluhur Tasikmalaya yang dikenal dengan Amanat
Galunggung dari Prabu Guru Darmasiksa, Raja Galunggung penerus Ratu
Batari Hyang pada abad XII (sekitar 800 tahun yang lalu) yang dalam bahasa
aslinya ; “Hana Nguni hana Mangke, Tan hana Nguni Tan hana mangke, Aya ma Baheula
aya tu Ayeuna, Heunteu ma baheula, Heunteu ma Ayeuna, Hana tunggak hana
watang,hana ma tunggulna, aya tu catangna”. “Ungkapan itu mengisyaratkan bahwa leluhur kita telah sangat memahami
tentang adanya siklus kehidupan yang secara alamiah berjalan berkesinambungan,
seperti mata rantai yang tak terputus, tersirat pula adanya keharusan kita
untuk mengenang, mempelajari dan mengambil hikmah dari kehidupan masa lalu,
untuk kebaikan kehidupan kita saat ini” ungkap Bupati
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya H. Ruhimat mengatakan bahwa penetapan Hari Jadi Tasikmalaya pada tanggal
21 Agustus tahun 1111 merupakan hasil penentuan Tim Peneliti Hari Jadi
Tasikmalaya berdasarkan atas moment pertama dari 6 (enam) urutan moment sejarah
yang mengandung unsur Pembaharuan, Kedinamisan, Kreatifitas, Kesadaran
Masyarakat, Kesadaran Pemerintahan dan Kedaulatan atas sejarahnya. “Selain untuk mengenang sejarah Tasikmalaya
dari masa ke masa juga untuk mengenang jasa pendahulu yang telah merintis jalan
secara bertahap sampai dengan keadaan sekarang ini. Juga menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui sampai sejauh
mana Perkembangan kehidupan pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan di
Tasikmalaya” ujarnya
Selanjutnya, H. Ruhimat menjelaskan pula tentang
moment sejarah dimekarkannya Tasikmalaya menjadi Kabupaten dan Kota Tasikmalaya
tahun 2001 yang mengandung asa untuk lebih memicu semangat dan terus berupaya
membangun Tasikmalaya dalam rangka mewujudkan tatanan kehidupan Pemerintahan,
Peningkatan Perkembangan Pembangunan, Meningkatkan pelayanan kepada Masyarakat
dalam mencapai Masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. “ Melalui
Peringatan Hari Jadi Tasikmalaya, mari kita bersama-sama Introspeksi
memperbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada, menumbuhkan kesadaran diri serta
mendorong semangat agar senantiasa meningkatkan kemajuan bagi Kabupaten
Tasikmalaya pada khususnya dan Indonesia pada umumnya,” ajak Ruhimat
Rencananya, Prasasti Geger hanjuang akan di Replikasi
yang kongruen dengan Prasasti yang ada di Musium Pusat Jakarta,” Kita berkeinginan bukan hanya Geger
Hanjuang tapi situs-situs cagar budaya lain di Tasikmalaya, kita pelihara
karena menandai perjalanan bangsa ini,” Kata Wakil Bupati Ade Sugianto. Menurutnya, faktor yang
menyebabkan kurangnya perhatian terhadap kekayaan cagar budaya akibat kurangnya
kajian kesejarahan, maka perlu penelitian khusus disamping adanya ‘Good Will’ yang sangat berperan penting. Kedepan, Ade berkeinginan mendirikan
Musium di area Geger hanjuang dan akan dikaji lebih jauh dengan Dinas terkait @ Ayi
Darajat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar